EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM
Gambar tema oleh Igniel

Laporkan Penyalahgunaan

EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM

Pengikut

Cari Blog Ini

Recent

Bookmark

Ibu Nyai Walidah Munawwir

Tak banyak kisah yang bisa dilacak secara tertulis tentang Ibu Nyai Walidah Munawwir. Sebab memang beliau adalah sosok yang tak banyak bicara namun kuat dalam tindakan di ingatan para dzuriyah dan santri-santri beliau. 

Ibu Nyai Walidah Munawwir
qowim.com

Pada 5 Februari 2022 telah diperingati haul beliau yang ke-11. Dihadiri oleh para dzuriyah dan santri-santri di Pesantren An-Nur Bantul Yogyakarta. 

Dari rekaman video di atas, saya ingin menuliskan rangkuman dari peringatan haul Ibu Nyai Walidah Munawwir ke-11 tersebut. Beberapa dzuriyah memberikan kesaksian kenangan yang baik untuk dijadikan sebagai teladan sebagai seorang santri, terlebih orang yang diberikan karunia hafal al-Quran. 

Kelahiran Ibu Nyai Walidah Munawwir

KH. Muslim Nawawi memberikan keterangan bahwa Ibu Nyai Walidah Munawwir lahir pada hari Jumat Legi 20 Ramadan 1353 H. bertepatan dengan 28 Desember 1934. 

Beliau adalah putri pertama dari KH. Munawwir Krapyak dari istri terakhir yaitu Ibu Nyai Khodijah, kedua adalah Kiai Ahmad dan yang terakhir Ibu Nyai Zuhriyah. 

Ibu Nyai Walidah ditinggal oleh KH. Munawwir di usia 4 tahun dan kemudian diasuh oleh kakaknya yaitu KH. R. Abdul Qadir Munawwir. 

Kesabaran Ibu Nyai Walidah

Ibu Nyai Walidah adalah sosok yang terkenal kesabarannya. Sewaktu mengajar, setiap hari beliau nyimak ngaji mulai dari selesai maghrib hingga pukul 22.00 WIB. Dan itu dilakukan setiap hari. Hal ini diriwayatkan oleh Ibu Nyai Barokah Kota Gede. 

Di masa-masa sepuh Ibu Nyai Walidah mengalami gerah (sakit) yang luar biasa, belau tidak bisa berjalan dan hanya bisa di atas tempat tidur. Rasa sakit tersebut dilakoni oleh beliau selama 17 tahun. Waktu yang tidak sedikit untuk berlaku sabar. Beberapa putrinya ada yang menanyakan "Ibu nopo mboten sayah?" - Ibu tidak capek begini terus?

Jawaban ibu Nyai Walidah adalah "ora. Aku ora kesel" - tidak, saya tidak merasa capek. Ini diceritakan oleh Ibu Nyai Farhah sambil menahan air mata. 

Kesabaran ini pun diakui oleh banyak orang, baik putra-putrinya, para santrinya hingga KH. Nawawi Abdul Aziz. 

Suatu saat, ketika KH. Nawawi Abdul Aziz dirawat di Rumah Sakit beberapa hari, beliau sempat dawuhan (berbicara) kepada KH. Muslim Nawawi, "Aku lagi pirang-pirang dino ning rumah sakit awakku kesel kabeh, keju kabeh. Lah piye kae ibumu, pirang-pirang tahun ning amben?" - Saya baru beberapa hari saja di rumah sakit sudah tidak betah tidur melulu, Ibumu bagaimana bisa beberapa tahun bertahan di tempat tidur?

Selain itu, Ibu Nyai Lualik juga memberikan keterangan bahwa Ibu Nyai Walidah adalah sosok yang sangat sabar, selama beliau sakit sama sekali tidak pernah marah-marah, bahkan setiap Ibu Nyai Lualik khidmah kepada Ibu Nyai Walidah untuk sekadar mijit atau hanya menjenguk saja, beliau justru mengatakan "Maturnuwun yo, Lik. Tak tompo lehmu ngeladeni aku, " terang Ibu Nyai Luailik sambil menahan air mata.

Berbakti kepada Orang Tua

Sewaktu Ibu Nyai Barokah meminta izin untuk mondok di Krapyak, Ibu Nyai Walidah titip pesan "Oleh mondok, ning yo karo ngeladeni simbah (Ibu Nyai Khadijah), yo" dari pesan tersebut, Ibu Nyai Walidah mempunyai kesadaran kuat tentang berbakti kepada orang tua.

Setiap Jumat Legi, Ibu Nyai Barokahlah yang sering menemani Ibu Nyai Walidah untuk sowan ke Krapyak menjenguk sang ibu, yaitu Ibu Nyai Khodijah. 

Hafalan al-Quran yang Mutqin

Ibu Nyai Walidah merupakan seorang penghafal al-Quran yang betul-betul lanyah. Beberapa kisah diceritakan oleh putra-putri beliau. Salah satunya adalah KH. Muslim Nawawi, beliau mengisahkan bahwa ketika menyimak hafalannya, Ibu Nyai Walidah sambil tidur bahkan mendengkur, namun ketika KH. Muslim Nawawi salah, tiba-tiba Ibu Nyai Walidah terbangun dan membenarkan kesalahan tersebut. 

Hal yang sama juga dikisahkan oleh Ibu Nyai Lualik, beliau mengisahkan ketika ada undangan simaan al-Quran dan Ibu Nyai Luailik sedang menyimak, tidak ada salah sama sekali dan sangat lanyah. Bacaannya tartil, fasih, jelas dan tidak menghabiskan banyak waktu. 

Bahkan, di masa-masa sepuh beliau yang sebagian besar waktunya berada di tempat tidur, masih sering membenarkan para santri yang keliru ketika mendaras al-Quran.  

Ahli Puasa

Selain terkenal dengan kelanyahan hafalan al-Quran, Ibu Nyai Walidah juga terkenal ahli puasa. KH. Muslim Nawawi mengisahkan bahwa ketika bulan Rajab, Ibu mulai berpuasa, bahkan dilanjutkan hingga bulan Sya'ban, ramadhan dan bulan syawal sekaligus. 

Pesan dari Ibu Nyai Walidah

Ibu Nyai Farhah menuturkan bahwa sering kali Ibu Nyai Walidah memberikan pesan kepadanya untuk selalu sabar, syukur dan istikamah. Sabar dalam mengajar para santri, bersyukur kepada Allah dan selalu istikamah. 

Ibu Nyai Walidah yang sibuk mengajar para santri namun tetap menyempatkan diri untuk mengurus pekerjaan rumah tangga seperti mencuci piring dan masak sendiri. Secara lahiriyah Ibu Nyai Walidah sangat berat dalam hidupnya, namun batin beliau sama sekali tidak menunjukkan keberatan yang dialami dalam hidup beliau. 

Penutup

Tulisan ini saya jadikan sebagai wasilah agar mendapat keberkahan dari beliau Ibu Nyai Walidah Munawwir. Semoga saya dan kelaurga kecil saya ini, diakui sebagai santri dan kelak di hari kiamat ikut di barisan beliau. Amin. Sesuai dengan dawuhnya Kanjeng Nabi "Ceritakanlah kebaikan-kebaikan dari orang-orang yang wafat di antara kalian." aukamaqal.

Posting Komentar

Posting Komentar