EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM
Gambar tema oleh Igniel

Laporkan Penyalahgunaan

EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM

Pengikut

Cari Blog Ini

Recent

Bookmark

2 Tipe Orang Bermasalah

Masalah adalah makanan sehari-hari bagi manusia. Setiap hari kita disuguhi permasalahan yang beraneka ragam. Selama kita hidup, sepertinya mustahil untuk menghindari agar tidak terkena masalah. Ketika kita menghindar dari satu masalah, sering kali mempunyai konsekuensi mendapatkan masalah yang lain. Mungkin sebab ini, ada istilah manajemen risiko di semua lini kehidupan manusia. 

Istilah manajemen risiko mungkin sering kita dengarkan di dunia bisnis, padahal sebenarnya semua hal, ada semacam risiko yang harus kita hadapi. 

tipe orang bermasalah

Permisalan yang mudah untuk kita temukan adalah ketika kita hidup. Jika kita mahasiswa, maka masalahnya adalah menyelesaikan tugas-tugas dari dosen, jika saya seorang bapak, maka masalahnya adalah membagi waktu untuk pekerjaan, pasangan, anak hingga teman-teman, jika anda seorang ibu maka masalahnya adalah bagaimana berhubungan yang baik dengan suami dan anak, bahkan mertua dan lain sebagainya. 

Setiap jalan yang kita tempuh, akan ada masalah-masalah yang siap menghadang diri kita di depan mata kita. 

Nah, dalam keadaan itu, di ruang lingkup kehidupan kita, sebenarnya ada tipe-tipe orang yang bermasalah. Masalah yang tidak hanya berimplikasi kepada diri kita sendiri, tetapi juga kepada orang lain. Inilah yang disebut bermasalah. 

Tipe orang bermasalah ini saya dapatkan dari Prie GS almaghfurlah di salah satu videonya di Youtube. Tautannya akan saya letakkan di akhir tulisan ini. Lebih kurang begini yang bisa saya tangkap dari video itu.

1. Malas

Rasa malas itu ancaman mengerikan dalam hidup. Untuk sial cukup hanya dengan malas saja. Anda tidak perlu menjadi pencuri, pengkhianat, koruptor bahkan rentenir untuk mengalami sebuah kesialan hidup, cukup dengan rasa malas saja, anda sudah sial sesial-sialnya. Begitu lebih kurang kata Prie Gs. 

Ciri-ciri orang yang malas memiliki banyak alasan untuk benar. Dia sedang memanipulasi rasa malas dengan membenarkan kemalasan tersebut melalui cara yang tampak rasional dan logis. Sehingga kemalasan tersebut tak tampak di dalam sifatnya. 

Setelah saya pikir-pikir dan berkaca kepada diri sendiri, betul juga. Banyak kesialan-kesialan hidup saya, yang lahir karena sifat malas ini. Misalnya, kesialan yang paling sederhana bagi saya. Ketika di pesantren, saya tidak rajin dan bermalas-malasan untuk belajar, nderes dan ngaji. Akhirnya ketika saya sudah berkeluarga, dan diminta untuk mengajar di pesantren, banyak hal-hal yang harus saya pelajari lagi, yang seharusnya sudah saya kuasai ketika masih di pesantren. 

Dan, kemalasan-kemalasan saya dulu ternyata saya tutupi dengan merasa sibuk mengurus ini dan itu, sehingga saya seolah punya alasan untuk melakukan kemalasan; kemalasan yang argumentatif. 

Itu satu atau dua hal, melainkan banyak sekali. 

Melalui tulisan ini, sebenarnya sedang menasehati diri saya sendiri untuk tidak bermalas-malasan, apalagi saya sudah berkeluarga, punya anak dan sudah memiliki pekerjaan tetap. Saya tentu tak ingin pasangan saya menjadi korban kemalasan saya, begitu pula dengan anak saya, bahkan kolega dan atasan-atasan saya di tempat saya bekerja. 

Rasa malas adalah racun, yang sedikit demi sedikit membunuh kita, pelan-pelan namun pasti. 

2. Rasa Tertutup

Rasa tertutup disebut sebagai Mental block. Menghindari kritik. Kritik yang sehat, sejatinya sedang tidak memarahi atau mencela diri kita sebagai manusia, melainkan mengkritik hal-hal yang kita lakukan. Ini perbedaan paling penting untuk dipahami. 

Biasanya, dalam pikiran kita, jika ada orang yang mengkritik kita, tiba-tiba otak kita menyimpulkan bahwa dia tidak suka sama saya. Padahal, bukan berarti demikian. Adakalanya, kita dikritik karena orang tersebut peduli dan sayang kepada kita, seolah-olah ia tak bisa menerima kalau kita menerima kecelakaan dan kesialan dalam menjalani hidup. 

Jika kita sudah mengira bahwa orang lain mengkritik kita karena ia tak suka dengan kita, maka di situlah letak kesalahan pertama yang akan mengakibatkan kesialan selanjutnya. Orang-orang semacam ini, akan dihindari di komunitasnya, dibiarkan bahkan diabaikan jika kelak terjadi apa-apa. 

Mental block seperti orang keras kepala, ia selalu menganggap dirinya paling benar hingga orang lain tidak berhak mengkritiknya. Jika ada yang mengkritik, ia akan memberikan ribuan argumentasi bahwa itu bukan kesalahan dia. 

Memang, tidak ada kritik mungkin nyaman pada kita, namun dalam jangka yang agak panjang, kelak akan kita temua kebermanfaatan itu. yakni untuk kebaikan dan kedewasaan kita sebagai makhluk sosial. Kritik memang menyakitkan, namun bisa jadi dengan kritik tersebut akan membuka cakrawala dunia yang lebih luas. 

Itulah dua hal tipe orang bermasalah. Dua sifat dan sikap di atas akan merepotkan banyak orang di sekelilingnya. Akan banyak korban di sekelilingnya. 

Jika ia seorang suami, maka istrinya akan menjadi korban, jika ia seorang istri maka suaminya yang menjadi korban, jika adalah seorang ibu maka anak-anaknya akan selalu menjadi sasaran kekerasan, baik verbal, fisik maupun mental. Jika dua sifat itu dimiliki oleh seorang ayah, maka anak-anaknya akan menjadi sasaran. 

Jika dua sifat itu dimiliki oleh seorang karyawan maka teman-teman dan atasannya akan muak melihat tingkah lakunya, lalu tidak lama akan dipecat. Jika ia seorang bos atau juragan, maka anak buahnya akan menyepelekannya, bahkan mengkhianatinya. 

Catatan ini untuk diri saya sendiri, semoga saya dan pembaca sekalian dihindarkan dari sifat malas dan anti kritik. 

Terakhir, terima kasih Pak dhe Prie GS telah membuka cakrawala ini kepada saya. Lihat video youtubenya di sini

Posting Komentar

Posting Komentar