EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM
Gambar tema oleh Igniel

Laporkan Penyalahgunaan

EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM

Pengikut

Cari Blog Ini

Recent

Bookmark

Amalan Membuat Rumah

Pada hari Senin, 28 Februari 2022 saya mulai membangun rumah. Rencana ini sudah setahun yang lalu, perencanaan mulai dari desain dan gambar sudah jadi pada tahun lalu juga. Namun selalu urung saya laksanakan, karena meragukan kemampuan saya sendiri. Bisa atau tidak, ya? Keragu-raguan semacam itu, sering terjadi karena mengukur kemampuan diri sendiri yang tak seberapa ini. Saran-saran sudah banyak berdatangan yang intinya membangun rumah harus nekat, pokoknya dimulai dulu, dan lain sebagainya. 

amalan membuat rumah

Namun, dari banyaknya saran, ada satu yang membuat hati saya tergerak. Betul-betul tergerak. Justru datang dari istri saya sendiri. Ia mendengar ngaji kitab hikam di Senin malam oleh Gus Rum yang intinya lebih kurang 

"Ndelok Gusti Allah (Lihat Allah), ojo ndelok awake dewe (jangan melihat diri kita). Kemampuan kita terbatas, tapi Allah tidak." 

Nasihat itu, meskipun istri saya tidak bermaksud dalam konteks membangun rumah, tapi saya tangkap sebagai sinyal untuk segera mulai membangun rumah dengan "melihat kemampuan Allah" bukan kemampuan saya yang masih seperti ini. 

Alhasil saya mulai meyakinkan diri saya sendiri, bahwa Allah pasti menolong saya dan keluarga kecil saya ini. Allah memang baik. Baik sekali. Dengan ketaatan saya yang tak seberapa dibanding dengan kemaksiatan ini, rasanya sangat hina sekali kalau saya tidak menyebut-nyebut nama-Nya di sini. Allah, subhanallah... 

Dengan tenaga 3 orang saya mulai membangun rumah melalui referensi gambar yang sudah dibuat tahun lalu. Soal gambar rumah, saya punya alasan sendiri mengapa sebelum membangun rumah harus punya gambar yang direncanakan dengan matang. Mungkin lain sempat saya bercerita lagi. 

Tepat 5 hari setelah mulai itu, bertepatan hari Sabtu, 5 Maret 2022 saya melakukan prosesi peletakan batu pertama. Bagi saya, ini peristiwa yang sangat sakral. Sesuatu yang pertama adalah hal yang paling berpengaruh untuk tahap-tahap selanjutnya. Kutipan hikam dari Syaikh Ibnu Athaillah as-Sakandari yang saya ingat

Barang siapa yang bersinar di awal, akan bersinar pula di akhir

Saya meminta restu guru-guru saya terutama KH. Yasin Nawawi dan Gus Rumaizijat. Dua guru itu bagi saya sangat berpengaruh. Beliau kerso (mau) untuk memberikan doa ketika peletakan batu pertama. 

Malam sebelum peletakan batu pertama, saya sowan Gus Rum, beliau bertanya "Samean duwe akik, kang?" saya jawab punya satu. Ini pemberian teman saya yang sudah boyong dari pondok. Saya bukan penyuka barang-barang seperti batu akik. Kata Gus Rum, nanti akiknya ditaruh di pondasi. Beliau punya batu akik, cuma satu, dan itu juga diberi oleh temannya. Kata Gus Rum "Aku duwe, tapi dinei konco, kon ndeleh pas mbangun pondok" - (saya punya, diberi teman dan diminta untuk dipakai ketika membangun pesantren). 

Permintaan teman beliau itu yang kemudian tidak memungkinkan untuk diberikan ke saya. Lalu saya matur ke Gus Rum bahwa nanti saya akan cari batu akik tersebut. Belum saya tanyakan kenapa harus batu akik, beliau tiba-tiba dawuh "Aku yo ra ngerti fungsine opo, jare koncoku ngono iku."

Pukul 09.00 WIB beberapa teman dari santri dan teman dekat sudah datang di lokasi. Saya sudah membeli enam ingkung (ayam utuh) untuk makan bersama setelah doa. Saya matur ke Gus Rum bahwa acara sudah hendak mulai, setelah Gus Rum rawuh, saya ngaturi Bapak (panggilan saya untuk guru saya KH. Yasin Nawawi) Sudah ada 6 lubang yang sudah siap. Bapak memilih pojok paling kanan. Saya mengikuti. 

Beberapa minggu yang lalu Bapak gerah encok, saya tidak mau kalau Bapak yang turun ke lubang itu hanya untuk meletakkan batu. Lalu saya matur bahwa nanti yang turun ke lubang biar saya sendiri. Saya disuruh turun, lalu Bapak meminta disiapkan batu 6 sesuai lubang dan seember air. Semua permintaan beliau dilaksanakan oleh para tukang. 

Berikut ini adalah rentetan amalan membuat rumah yang dibaca oleh Bapak

  1. Hadlarah (mengirim surat al-fatihah kepada Nabi, para wali, leluhur dan para guru-guru. Seingat saya ada nama KH. Nawawi Abdul Aziz, KH. Munawwir, dan nama kakek dari istri saya KH. Husen dan KH. Ibrahim)
  2. Membaca ayat kursi 3 kali
  3. Membaca surat al-Insyirah 3 kali
  4. Membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas. Masing-masing 3 kali. 
  5. Doa

Berdoa adalah hal yang paling membuat saya haru, ketika Bapak mendoakan bahwa agar rumah ini mejadi berkah dan manfaat bagi penghuninya baik di dunia maupun di akhirat. Rasanya terharu, senang dan berbahagia. Apalagi didoakan oleh guru-guru saya. Amalan membuat rumah di atas, saya tidak tahu dari mana. Dan tak elok rasanya kalau bertanya tentang hal itu kepada Bapak. 

Selepas doa saya diminta untuk adzan tanpa iqamat. Saya yang masih ada di dalam lubang seketika menghadap arah kiblat lalu mengumandangkan adzan. Lafal pertama mengucapkan dengan lancar, lafal kedua juga lancar. Ketika mengulang lafal asyhadu an laa ilaha illa allah... suara saya terhenti. Saya diam sejenak sambil menahan air mata. Saya mengatur napas. Lalu melanjutkan adzan sampai selesai. 

Bapak memberikan adonan semen dan pasir yang sudah berada di atas batu kecil, lalu saya letakkan di bawah lubang. Sambil meletakkan batu itu saya menyelipkan batu akik satu di sana sambil membaca surat al-Baqarah "wa idz yarfa'u ibrahim al-qawaida minal baiti wa isma'il..." Saya niatkan bahwa rumah ini untuk ibadah. Semoga dilindungi oleh Allah dari hal-hal yang tak ada kaitannya dengan ibadah. 

Sambil menyelesaikan itu, saya mendengar Bapak berbicara untuk menyiramkan air yang sudah disiapkan tadi untuk disiram ke semua lubang-lubang, begitu pula batu-batu yang sudah disiapkan tadi. 

Selesai acara itu, saya merasa lega. Seperti ada penyangga yang kokoh untuk menegakkan saya agar percaya diri membangun rumah. Meskipun penghasilan kalkulasi nalarnya tak cukup, jauh di atas cukup. Rasanya seperti banyak sekali unsur yang bersedia menopang saya agar lebih semangat bekerja dan beribadah. Mungkin ini berlebihan, namun itulah yang saya rasakan. 

Saya, istri, teman-teman santri makan bersama di lokasi itu. Dengan perasaan gembira dan lega ini, saya berharap agar diberkahi segala hal yang berkaitan dengan calon rumah yang akan kami tempati ini. 

Posting Komentar

Posting Komentar