EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM
Gambar tema oleh Igniel

Laporkan Penyalahgunaan

EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM

Pengikut

Cari Blog Ini

Recent

Bookmark

Membuka Hp Pasangan

Saya termasuk orang yang tidak nyaman, jika ada orang yang membuka atau melihat saja barang-barang privasi yang saya miliki. Bahkan pasangan sekalipun. Mungkin perasaan ini bukan hanya tidak nyaman, tapi sudah tidak suka. Mungkin, hal ini karena sedari kecil saya sudah ingin bertempat di kamar sendiri. 

membuka hp pasangan

Seingat saya, kelas 1 MTs saya sudah diperbolehkan oleh orang tua untuk tinggal di kamar sendiri. Rasanya waktu itu sangat senang sekali. Karena saya punya ruangan sendiri, punya privasi untuk melampiaskan apa saja di kamar itu. Bahkan, saking rahasianya, ketika berangkat ke sekolah, kamar saya kunci dan kuncinya saya bawa ke sekolahnya. Hal yang tak saya pikirkan waktu itu "tentu saja orang tua punya duplikat kunci kamar saya." Ibu saya, hhhh. keponyaa nauzubillah... 

Soal privasi seperti itu, saya juga tidak suka jika sedang menulis, di belakang saya ada orang dan membaca tulisan saya itu. Lebih baik dibaca setelah saya selesai daripada membaca ketika saya sedang mengerjakannya. Entah, ya. Rasanya kok ada yang aneh dan tidak nyaman jika ada orang lain kepo dengan apa yang sedang saya kerjakan. 

Kebiasaan-kebiasaan seperti itu, ternyata terbawa sampai saya menikah. Awal-awal pernikahan, saya mencoba untuk memahami kebiasaan pasangan saya tentang membuka isi dan apa saja di hp saya. Mulai dari urusan pekerjaan hingga chat-chat an dengan sebagian kawan. Rasanya aneh dan tidak nyaman. 

Suatu hari misalnya, saya pernah bercerita kepada pasangan saya tentang seorang teman dan dia tahu beberapa hal lalu tiba-tiba dia menjawab "Ya, tadi sudah baca chatnya."

Ketidaknyamanan itu, saya pikir akan jadi beban jika saya tidak mulai untuk berkomunikasi dan membagi ketidaknyamanan ini. Hasilnya? tentu sangat sulit diterima dari raut wajahnya, namun lama-lamam ia memahami juga. Singkatnya kami bersepakat untuk tidak membuka-buka hp dan laptop tanpa seizin yang punya. 

Naluri kepo memang dimiliki oleh semua orang, namun sepenting apa kita harus mengetahui urusan orang lain? kecuali memang kalau ia sendiri yang membuka dan bercerita. 

Loh, bukannya pasangan itu adalah ikatan sehati dan sejiwa, kenapa harus ada privasi? Mungkin ada yang menyanggah demikian. 

Semua orang memilki cara dan pandangannya sendiri. Dan, ternyata pilihan saya tetap jatuh pada saling menjaga dan mennghormati privasi. Saya tidak menganggap yang saling membuka hp pasangan itu sebagai hal yang tabu dan saling curiga. O, tentu tidak. Semua bergantung dari penyikapan dan pemaknaan kita terhadap sesuatu yang kita pegangi. 

Sekarang, pasangan saya sudah mengerti tentang alasan ini, bukan saya menyembunyikan sesuatu darinya, namun saling menaruh kepercayaan saja satu dengan yang lain. Hidup saling curiga sungguh tak mengenakkan, apalagi jika satu rumah dan tiap hari bertemu, tidak hanya untuk satu atau dua hari, namun selamanya hingga ajal yang menjemputnya. 

Buat apa? 

Selain hp dan laptop, saya terbuka dengan pasangan. Utamanya soal pin ATM. 🤣🤣🤣🤣

Posting Komentar

Posting Komentar