EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM
Gambar tema oleh Igniel

Laporkan Penyalahgunaan

EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM

Pengikut

Cari Blog Ini

Recent

Bookmark

Soal Mainan dan Kesepakatan

Kesepakatan. Sejak tahu bahwa di usia 2 tahun seorang anak kecil bisa diajak bernegoisasi, saya dan istri mempraktikkan itu kepada Yahya. Meskipun masih pada tahap latihan, tapi sebisa mungkin setiap hal, harus ada semacam kesepakatan.

Misalnya persoalan membeli mainan. Di usia mendekati 3 tahun, Yahya sering meminta beli mainan, jika tak dituruti bisa tantrum. Biasa anak kecil. Saya dan istri sering kalah dengan Yahya. Alhasil beli mainan demi tak mendengar tangisnya.

Lama-lama saya dan istri menyadari bahwa ini tidak sehat untuk perkembangannya; nangis menjadi senjata paling ampuh bagi dia.

Kami buat kesepakatan “Yahya kalau beli mainan satu bulan sekali saja, ya.” Padahal dia belum paham betul tentang konsep waktu. Namun, kata kemarin dan besok sudah sering digunakan oleh dia.

Tentu dia bilang iya. Dan, ketika mulai rewel minta beli mainan, padahal dia sudah beli mainan di bulan ini, saya dan istri selalu bilang “Bulan depan, ya.” Kemudian dia menangis. Rewel? Tentu.

Makin sering kami bilang “Tapi, bulan depan, ya. Kan Yahya bulan ini sudah beli mainan” akhirnya dia paham juga bahwa beli mainan satu bulan satu kali.

Tiap dia nonton Youtube dan melihat aneka mainan, dia sering bilang “Bapak, Yahya mau ini. Tapi bulan depan, ya!”

Menepati janji bagi saya adalah koentji. Meskipun dalam fikih menepati janji bukanlah kewajiban, melainkan sebuah perilaku baik.

Pada bulan Januari 2022 Yahya saya belikan mainan yang mobil remot yang bisa menjadi robot. Dia suka sekali. Sekarang bulan Maret 2022. Yahya belum beli mainan selama 2 bulan terakhir dan alhamdulillahnya dia gak minta-minta. Hehehe... 

mobil berubah robot
Posting Komentar

Posting Komentar