EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM
Gambar tema oleh Igniel

Laporkan Penyalahgunaan

EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM

Pengikut

Cari Blog Ini

Recent

Bookmark

Lebaran

lebaran 2022

Lebaran. Satu kata yang bagiku seperti biasa-biasa saja. Sebagai manusia biasa, saya senang karena sudah tidak diwajibkan puasa lagi. Tidak lemes-lemes di siang hari, tidak menahan ngerokok di siang hari, lagi. Perasaan membuat saya resah sebenarnya, sambil bertanya pada diri "saya ini manusia muslim macam apa, sih?"

Saya mencoba untuk memanggil ingatan-ingatan selama hidup di dunia ini sudah 31 tahun. Ingatan tentang momentum lebaran di masa kanak-kanak hingga saat ini. Hati ini memang sepertinya cukup keras untuk tidak bersedih meningggalkan ramadan. 

Malam sebelum lebaran, istri saya menangis, sebagai suami tentu saya ingin tahu kenapa, jangan-jangan saya salah dalam hal tertentu. Namun ternyata ia menjawab kalau nderesnya belum banyak di bulan ramadan ini. 

Maktratap hatiku kelu. 

Saya iri bisa merasakan hal itu; merasa kurang mengoptimalkan bulan ramadan dengan mendaras alquran. iri dalam hal kebaikan tentu tidak dilarang, bukan? Istilahnya adalah ghibthah. Semacam semangat meniru melakukan hal-hal baik berdasarkan tindakan orang lain, biasanya yang lebih salih dari kita.

Setelah semampunya mengingat-ingat tentang lebaran di masa-masa lalu, saya belum pernah merasakan keharuan ditinggal oleh bulan Ramadan. Idulfitri juga semacam rutinitas yang biasa saja; salah ied, saling kunjung silaturahmi, halal bi halal lalu menjalani rutinitas seperti biasa lagi. 

Apalagi, seingat saya, puasa full seharian selama Ramadan saya lakukan ketika baru duduk di kelas 1 madrasah tsanawiyah. Ini sebagai perbandingan saja, keponakan-keponakan saya kebanyakan sudah puasa seharian full selama Ramadan ketika masih duduk di kelas 4-5 sekolah dasar.

Anak-anak zaman sekarang lebih salih ternyata jika dibandingkan dengan saya sendiri tentunya. Demikian simpulan saya. 

Meskipun saya tak merasakan apa-apa ketika lebaran, tetap saya paksakan untuk menghidupkan malam lebaran dengan membaca takbir, salat hajat, dan witir. Hanya dengan itu yang bisa saya lakukan untuk berusaha merasakan "sayang" dengan malam lebaran. 

Lebaran tahun ini saya di Kudus, setelah dua tahun berturut-turut tidak diperkenankan mudik sebab pandemi, alhamdulillah tahun 2022 ini bisa merasakan lebaran dengan orang tua di Kudus. Setelah ini kami ke Tulungagung, tempat kelahiran istri saya.


Posting Komentar

Posting Komentar