EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM
Gambar tema oleh Igniel

Laporkan Penyalahgunaan

EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM

Pengikut

Cari Blog Ini

Recent

Bookmark

Konsisten

Salah satu cara untuk melaksanakan aturan agar dipahami menjadi sebuah nilai adalah konsisten. Sebuah aturan kalau dilaksanakan berubah-ubah akan menjadi dalil untuk tidak menaati aturan itu lagi. Saya menetapkan aturan di keluarga kecil saya, salah satunya adalah soal bermain gawai; makan tidak boleh sambil bermain gawai. Entah itu nonton atau sekadar membalas pesan singkat. Saya, istri dan Yahya saling mengingatkan dalam hal ini. Itu salah satu cara kami dalam melaksanakan aturan, terutama saya sendiri, berusaha tidak melanggar meskipun jika sedang tak ada mereka di rumah.

konsisten pada anak
Yahya dan Amir

Aturan untuk Yahya lebih ketat soal menonton Youtube, karena faktor usianya yang masih balita. Berikut ini adalah soal aturan yang kami tetapkan kepada Yahya, tentunya ini sudah dengan kesepakatan

  1. Maksimal nonton Youtube selama 2 jam sehari semalam
  2. Pagi hari dimulai nonton pukul 5.30 setelah cuci muka 
  3. Tidak boleh nonton di waktu malam
  4. Memakai aplikasi khusus Youtube Kids untuk memfilter konten yang ditonton
  5. Makan tidak boleh sambil nonton. 

Hal itu sudah kami lakukan sejak ia mengenal Youtube. Namun keadaan berubah ketika ia sedang sakit, apalagi pascasunat beberapa hari yang lalu. Menunggu luka sunat sembuh memang tak bisa melakukan aktivitas bermain seperti biasa. Ia lebih banyak berbaring di tempat tidur dan menonton Youtube. Akibatnya durasi menontonnya lebih panjang, ia lebih tertarik Youtube biasa daripada Youtube Kids. 

Hal itu karena kesalahan kami sendiri. Salah satu mainan baru Yahya adalah Sempoa, saya dan istri tidak bisa cara penggunaannya lalu kami menyarankan "Bagaimana kalau kita cari tutorialnya di Youtube?" Lalu kami melihatnya bersama, selang beberapa saat ia ingin menonton Dinosaurus dan kebablasen hingga terpaut lama sekali. 

Sejak saat itu, ia lebih memilih Youtube biasa daripada Youtube Kids. Istilah Youtube biasa adalah istilah Yahya sendiri. Jika di Yotube Kids bisa dipastikan kontennya sudah sesuai dengan usia anak-anak dan bisa kami berikan timer untuk membatasi durasinya. Namun, jika di Youtube biasa tentu tidak bisa lagi dan khawatir terpapar konten-konten yang belum saatnya untuk ditonton. 

Pagi ini Yahya bangun pukul 5. Begitu bangun ia ingin nonton Youtube biasa. Saya mulai khawatir kalau itu menjadi kebiasaannya di hari-hari selanjutnya, yakni menonton Youtube biasa. 

Saya mencari cara untuk memulai dan melaksanakan lagi aturan yang sudah ada. Saya juga kebingungan menjelaskan kepada Yahya tapi tidak ada unsur kebohongan di dalamnya, sebab bohong juga pantangan di keluarga ini. Jujur adalah aturan yang kami terapkan. 

Alhasil saya melakukan mengunduh 3 video yang sudah ditonton di Youtbe biasa lalu mematikan data internet, koneksi wifi sekaligus mode pesawat. Dengan cara itu, saya rasa tidak membohongi Yahya. 

Di tengah-tengah menonton, ia ingin ganti dan memanggil saya karena ia tidak bisa memilih video sendiri ketika tidak ada koneksi internet. Ia bosan dan mempertanyakan kenapa tidak bisa. Alih-alih menjawab "tidak tahu", saya memilih memperlihatkan gambar animasi loading yang tampak di layar. Lalu saya mengatakan "Nonton Youtube Kids saja, ya," ia bergeming, merengek lalu menangis seraya menjerit. Saya memilih mendiamkannya hingga ia merasa tenang lebih dulu. 

Saya menyingkir darinya juga agar saya sendiri bisa lebih tenang. Setelah beberapa menit ia diam, lalu memanggil saya dengan suara lebih tenang. 

"Bapak, Yahya pengen nonton (lewat) Youtube Kids saja." Mendengar permintaannya saya langsung tersenyum lalu menuruti kemauannya. Semoga ini menjadi awal lagi dan bisa konsisten dengan aturan itu. 

Soal durasi memang lebih dari dua jam, karena sakit pascasunat membuat kami memberikan toleransi lebih lama. Ketika sudah sembuh dan bisa beraktivitas lebih banyak, kami akan menerapkan kembali aturan itu. 

Hal ini sesuai dengan kaidah fikih "idza ittasa'a dlaqa, wa idza dlaqa ittasa'a" Jika dalam keadaan tidak darurat, syariat berlaku, jika sebaliknya maka ada keringanan dalam melaksanakannya.

Posting Komentar

Posting Komentar