EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM
Gambar tema oleh Igniel

Laporkan Penyalahgunaan

EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM

Pengikut

Cari Blog Ini

Recent

Bookmark

Tetebah Omah

Sejak 1 Januari 2023 saya pindah dari kontrakan ke rumah baru. Meskipun rumah belum sempurna, saya tetap harus pindah sebab masa kontrak rumah sudah habis pada akhir bulan Desember 2022. Daripada membayar kontrakan lagi, lebih baik uangnya saya salurkan untuk keperluan rumah baru. Saat kami pindah, ruang yang jadi baru satu kamar, dapur dan kamar mandi. Ruangan yang lain belum dikeramik, diplester apalagi dicat. Saya kira tiga ruangan itu sudah cukup bagi kami untuk berteduh dari panas dan hujan. 

tetebah omah
Tetebah omah

Saat kami pindah hingga hari ini, masih ada tukang yang mengerjakan rumah, cuma ada dua orang yang menggarapnya. Sedikit demi sedikit dirampungkan dan dibersihkan untuk mengerjakan ruang tamu dan ruang tengah, sebab itu yang paling penting bagi kami. 

Setelah dua ruang penting itu agak layak, pada hari Sabtu, 18 Februari 2023 kami mengadakan acara tetebah omah yang mengundang tetangga sekitar untuk mendoakan rumah kami agar berkah dan nyaman. Acara ini juga dibarengkan dalam rangka syukuran khitan Yahya, sekali tepuk dua lalat. 

Orang tua dan saudara dari Kudus datang sehari sebelumnya. Mereka ingin mengikuti acara ini sekaligus menjenguk Yahya pascasunat. Di Kudus acara pindah rumah namanya Alih-alihan. Mungkin berasah dari kata ngalih yang artinya pindah.  

Acara tetebah ini memang tidak sesuai dengan tradisi orang-orang Jawa, sebab tak ada ritual-ritual khusus yang dipraktikkan. Rangkaian acara hanya makan pacitan, zikir tahlil, makan lagi, doa lalu pulang sambil ngaturi bahan-bahan mentah kepada para tamu. Saya mencari informasi tentang acara Tetebah ini yang, sebenarnya ada semacam ritual khusus seperti ada orang yang memegang sapu lidi, satu ember air dan lampu minyak. 

Meski tak sesuai dengan tradisi, pada intinya tetap sama, yakni memohon doa keselamatan agar rumah kami diberkahi oleh doa-doa baik. Lagi pula Tetebah ini seharusnya dilakukan sebelum ditempati, saya merasa sudah keliru sedari awal, jadi ya terlanjur basah berenang sekalian. Hehe.

Ubo rampe soal Tetebah itu memang simbol saja, sebab orang Jawa memang suka dengan simbol-simbol. Jadi, hemat saya jika inti dari simbol-simbol itu sudah terpenuhi dengan praktik dan tujuannya, maka tak perlu lagi dipaksakan untuk melakukannya. Misalnya soal lampu minyak, mungkin dahulu belum ada listrik atau masih jarang listrik, maka diperlukan lampu minyak. Rumah saya alhamdulillah sudah terpasang listrik dan lampu-lampu sudah terpasang, jadi ya daripada beli lampu minyak, nanti tidak digunakan lagi alias mubazir, lebih baik tidak perlu. 

Semua tergantung pada niatnya, niat tetebah ini adalah mengundang tetangga agar mendoakan rumah kami sekaligus mengenalkan keluarga kecil saya di dusun yang saya tempati sekarang. 

Alhamdulillahnya, guru saya datang, ikut mendoakan. Kami sangat bersyukur sekali. Beliau menambahkan amalan membaca ya hafiz ya nashir puluhan kali sebelum ditutup dengan doa. 

Posting Komentar

Posting Komentar