EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM
Gambar tema oleh Igniel

Laporkan Penyalahgunaan

EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM

Pengikut

Cari Blog Ini

Recent

Bookmark

Kebahagiaan itu Dekat Sekali

Aku selalu percaya bahwa kebahagiaan itu dekat sekali. Triknya adalah bagaimana menemukan sudut pandang yang benar.
Eric Warner

Kalimat di atas adalah akhir dari paragraf pertama dalam kata pengantar di buku the Geography of Bliss. Membaca kalimat tersebut saya merasa bahagia, menemukan kalimat yang, saya kira pas sekali. Kalimat memang berbeda rasa dan pengaruhnya jika ditulis oleh orang yang berpengalaman. Saya tidak akan membahas isi dari buku itu, saya ingin menuliskan tentang sepotong kalimat yang bagi saya sangat membantu. 

bahagia itu dekat
Image by pch.vector on Freepik

Dalam pandangan saya, terdapat dua kata kunci pada penggalan kalimat di atas; dekat dan sudut pandang. Keduanya saling berkaitan dan sekaligus saling mempengaruhi. 

Kebahagiaan memang dekat, sangat dekat dengan kita. Untuk bahagia, kita tak perlu jauh-jauh keluar, cukup dengan memahami saja apa yang sedang kita miliki, saat ini juga. Namun yang jadi persoalan, sejauh mana kita bisa mendeteksi kebahagiaan di dalam diri kita? 

Kita tentu pernah tidak bahagia, bahkan hanya karena hal-hal sepele saja bisa memporakporandakan isi kepala dan emosi kita. Misalnya, saat niat baik kita dianggap buruk ada udang di balik batu. Saat prestasi kita tidak diapresiasi oleh orang yang paling dekat dengan kita, dan lain-lain. 

Biasanya, jika hal itu menjangkiti diri dan pikiran, saya akan berdiam sejenak dan bertanya pada diri sendiri “kenapa kamu berpikir demikian?” jawaban yang sering saya temukan adalah karena egoisme yang sangat tinggi; keakuan seperti ingin dianggap orang penting, ingin menjadi orang berpengaruh, ingin dihormati, dan lain sebagainya. 

Itulah yang saya anggap sebagai sudut pandang. Tindakan orang lain kepada kita, tak bisa kita kontrol. Kita tak bisa mengontrol orang lain, baik dari perilaku maupun isi pikiran. Pikiran dan perilaku orang lain itu adalah kebebasan mereka. Yang bisa saya lakukan adalah mengontrol diri sendiri; yakni dalam hal ini mengatur kerja pikiran, mengelola pikiran dan menjaga kewarasan pikiran. Itu yang bisa saya lakukan.

Saya anggap, kebahagiaan itu dekat sekali dengan kita adalah apa yang sedang kita miliki dan bagaimana cara kita memaknai kepemilikan itu. Dalam bahasa teologis ada istilah syukur, yakni memiliki rasa terima kasih atas apa yang sedang dimiliki. Jika kita sudah bisa menyimpulkan dan meyakini betapa berharganya apa yang sedang kita miliki itu; itulah yang saya anggap sebagai menemukan sudut pandang yang benar.

Posting Komentar

Posting Komentar