EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM
Gambar tema oleh Igniel

Laporkan Penyalahgunaan

EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM

Pengikut

Cari Blog Ini

Recent

Bookmark

Mengenalkan Mushaf Al-Qur'an Isyarat kepada Mahasiswa

Tahun ini saya mengajar mata kuliah Pentashihan dan Penerjemahan Mushaf di kelas program studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (IAT). Mata kuliah tersebut agak menjadi beban bagi saya, sebab hanya berbekal pelatihan pentashihan mushaf saja selama 6 hari beberapa bulan yang lalu di Jakarta (sebenarnya Banten, sih) di gedung Pelatihan dan Diklat Kemenag RI. Bersebelahan dengan kampus UIN Jakarta dan dekat dengan IIQ Jakarta. 

praktik membaca mushaf isyarat
Praktik Membaca Mushaf Isyarat di IIQ An-Nur Yogyakarta

Selama enam hari itu saya mendapatkan banyak materi yang intinya tentang Mushaf Standar Indonesia. Dari pengalama pelatihan itu saya menjadi tahu bahwa ada empat jenis mushaf yang sudah distandarisasi yaitu; Mushaf Usmani, Bahriyah, Braille dan Isyarat. Untungnya, saya mendapatkan materi-materi tersebut untuk dibawa pulang.

Jadi, hampir semua dari materi yang saya dapatkan itu saya aplikasikan juga di kelas tersebut. Tentu saja, saya menyampaikan disclaimer di kelas terkait dengan mata kuliah ini. Agar mahasiswa mengerti, bahwa sebenarnya saya juga masih dalam tahap belajar mengenai hal itu. 

Kembali ke empat jenis mushaf di atas, saya benar-benar tidak menguasai mushaf Braille dan Isyarat, sebab ketika pelatihan hanya ada waktu 2 jam saja seingat saya. Tentu hal itu tidak cukup untuk menjadi pengajar. 

Alhamdulillahnya saya bertemu dengan salah satu tim pentashih mushaf Isyarat di Lajnah yaitu Mas Mundzir. Ia memang mendapatkan tugas untuk mengawal dan mensosialisasikan mushaf Isyarat tersebut. Saya sudah meminta waktunya, jika ada tugas di Jogja harus menyempatkan waktu untuk datang ke kampus IIQ An-Nur. Tak lain untuk menyampaikan materi dan praktik membaca mushaf Isyarat tersebut. 

Senin, 20 November 2023 alhamdulillah terlaksana. Ia hadir di tengah-tengah mahasiswa kelas saya untuk memberikan tutorial cara membaca mushaf Isyarat. Saya melihat aura ceria di kelas, mungkin karena hal yang baru bagi mereka. Diam-diam saya juga "mendaras" lagi atau lebih tepatnya mentashih kembali gerakan-gerakan jemari saya yang sudah lupa. 

Ketika ada mahasiswa yang jemarinya kurang lihai dalam mengisyaratkan huruf ha Mas Mundzir lalu bilang "Harus tartil, tartilnya orang Tuli itu ya dengan gerakan yang lihai." 

Batin saya, wah ini definisi tartil yang baru. 

Fakultas Ushuluddin mendapatkan buku pedoman membaca mushaf Isyarat khusus untuk Juz Amma terlebih dulu untuk menjadi pedoman dan praktik. Agar mahasiswa memiliki referensi di perpustakaan. 

Mushaf Isyarat sudah purna, yang belum adalah mushaf braille. Rencana akan saya datangkan lagi pakar biar bisa sekalian belajar dan praktik membaca mushaf braille. 

Posting Komentar

Posting Komentar