EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM
Gambar tema oleh Igniel

Laporkan Penyalahgunaan

EWRX7nXzSEi74YquoxxXqz848nPnhEfExVXrFUfM

Pengikut

Cari Blog Ini

Recent

Bookmark

Diet Sampah; Sebuah Usaha Mengurangi Sampah

Sejak awal bulan September 2023 saya dan keluarga sepakat untuk diet sampah. Pasalnya, kota Jogja memang sudah darurat, sampai-sampai Gubernur Yogyakarta mengeluarkan maklumat soal penanganan sampah dikelola secara mandiri. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Piyungan konon sudah tidak bisa menampung sampah lagi. Sudah banyak media yang meliput kondisi TPA di Piyungan. Anda bisa melacaknya sendiri. 

foto dari  Karuvadgraphy - Pixabay

Saya bertempat tinggal di kawasan Pondok Pesantren al-Ma'had An-Nur Ngrukem Bantul. Pesantren An-Nur sudah mulai menerapkan pengurangan sampah. Salah satunya dengan meminimalisir penggunaan plastik dan mulai menggunakan wadah yang bisa cuci-pakai.

Keluarga saya menduplikasi itu dan alhamdulillah bisa mengurangi pembuangan sampah residu (sampah yang tidak bisa dimanfaatkan)

Saya mengidentifikasi ada 3 jenis sampah yang banyak kami buang; 1) sampah dapur dan organik, 2) sampah plastik dan 3) sampah kertas. 

Sejak rumah kami sudah bisa ditinggali, saya membeli bag composer, semacam tempat sampah untuk kompos. Tas tersebut kami gunakan untuk membuang sampah dapur dan organik. Alhamdulillah kami masih punya lahan kecil di samping rumah untuk meletakkan tas itu. 

Hasilnya luar biasa, bagi saya. Sudah hampir 10 bulan, tas itu belum penuh. Saya membeli ukuran XL dengan harga cuma 50 ribuan saja. 

Sejak saat itu kami membuang sampah ke TPS seminggu sekali. Prestasi bagi saya, sebab sebelumnya kami membuang sampah 3 hari sekali. 

Sampah dapur dan organik bagi kami sudah selesai masalahnya. Tinggal sampah plastik dan sampah kertas. 

Sampah plastik sangat banyak di keluarga saya, karena tiap membeli sesuatu pasti ada unsur plastiknya. Kesadaran itu kami jadikan kesepakatan; setiap belanja harus membawa wadah sendiri, baik itu tas kain, kantong plasting atau lainnya, intinya jangan memakai plastik yang baru.

Tiap kami pergi ke minimarket atau swalayan terdekat untuk belanja kebutuhan, kami membawa kantong sendiri. Meskipun kadang masih lupa, tapi sudah lumayan bagi saya. Kalau dibandingkan lebih banyak ingatnya daripada lupa. 

Saya mulai memilah sampah plastik dan sampah kertas dengan cara menyediakan tempatnya. Kami bersepakat, tentu dengan Yahya juga untuk sampah plastik dan kertas ada tempatnya sendiri, tidak boleh dicampur. 

Alhamdulillah, sekarang kami membuang sampah residu per sepuluh hari, itu pun dengan kuantitas sampah yang sedikit, hanya satu plastik ukuran 3 kilo sepertinya. Saya lupa tidak memfoto terlebih dulu ketika membuangnya. Naluri dokumentasi saya perlu diasah sepertinya.

Alhasil, saya sudah nyicil ayem bisa mengurangi membuang sampah residu. Kali ini target saya bisa dua minggu sekali. Semoga bisa dan diberi kemampuan istikamah. Perubahan memang harus dimulai dari diri sendiri.

Posting Komentar

Posting Komentar